Selasa, 31 Juli 2012

Arti Bermain

Manfaat Bermain
1.Memicu kretivitas
2.Mencerdaskan otak
3.Menanggulangi konflik
4.Melatih empati
5.Mengasah pancaindera
6.Sebagai terapi
7.Melakukan penemuan ^_^
Anak adalah makhluk yang aktif dan dinamis. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah dan rohaniahnya anak yang mendasar sebagian besar dipenuhi melalui bermain, baik bermain sendiri maupun bersama-sama dengan teman (kelompok). Jadi, bermain itu merupakan kebutuhan bagi anak.
Bermain mempunyai arti; sebagai kesempatan untuk mengembangkan potensi anak, proses untuk mengenal diri sendiri, mengembangkan aspek intelektual-bahasa-fisiknya, melatih panca indera dan memotivasi untuk menjawab rasa ingin tahu anak. Setiap kegiatan bermain menjadi bermakna bagi anak, antara lain karena; bermain adalah belajar, bergerak dan membentuk perilaku.
Banyak teori tentang bermain dari berbagai pakar yang telah mempengaruhi pandangan bermain dalam program pendidikan anak usia dini, baik teori klasikal maupun teori modern. Teori-teori ini penting untuk melatarbelakangi pemahaman, mengapa anak bermain dan harus bermain.
Teori bermain klasik : teori kelebihan energy (Herbert Spencer), teori relaksasi (Schaller dan Lazarus), teori insting (Karl Groos), dan teori Rekapitulasi (G.S Hall).
Teori bermain modern : teori psikoanalisis (Sigmund Freud dan Erik Erikson), teori perkembangan kognitif (Jean Piaget) dan teori Vgotsky.
Saat bermain, pengembangan kreativitas anak yang muncul dapat berupa “imajinasi”. Kegiatan berimajinasi yang mereka lakukan merupakan refleksi dari kebutuhan_dalam menyatakan perasaan dan pikirannya. Dengan pengembangan kreatifitas, anak mampu mengenal cara mengekspresikan diri, menemukan cara pemecahan masalah, melatih keterbukaan diri dan mendapat kepuasan diri. Sedangkan fungsinya adalah mengembangkan kognitif dan memacu keterampilan berpikirnya, menyehatkan jiwanya dengan menyeimbangkan emosi anak serta estetika anak.
Adapun peran dan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik utama dalam pengembangan kretivitas adalah menerima keunikan setiap anak, menerima cara pandang anak dan menyediakan program-program yang menantang anak untuk berekplorasi.
Kemauan anak adalah cikal bakal potensinya dimasa depan.
Tugas orang tua adalah memperkuat keinginannya bukan mematahkannya.
^_^

Kamis, 26 Juli 2012

Pendidikan Karakter Anak


Karakter Anak :
1.   Percaya Diri
2.   Ingin tahu
3.   Unik
4.   Pemaaf
5.   Peniru hebat
6.   Kreatif
7.  Gaul
^_^

 
Banyak pakar psikologi mengatakan bahwa kegagalan menanam karakter pada seseorang sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah dimasa dewasanya kelak. Oleh karena itu, sejak usia dini karakter perlu dibentuk dan dibina agar mendapatkan kualitas karakter yang baik, seperti halnya membentuk otot yang harus dilakukan secara terus menerus .
Thomas Lickora mengemukakan “Walaupun jumlah anak – anak hanya 25% dari total jumlah penduduk, tetapi dapat menentukkan 100% masa depan”. Jadi, pembentukkan karakter melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa.
Pendidikan Karakter Anak
Kapan waktu yang tepat untuk menentukkan kesuksesan dan keberhasilan seseorang? Jawabnya adalah saat masih usia dini. Kita dapat membuktikannya melalui fakta yang telah banyak diteliti oleh para pakar dunia.
        Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80%. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa – masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu banyak yang menyebut masa ini sebagai masa – masa emas anak ( Golden Age ).
Sebagai orang tua dan para pendidik hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk meberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya dimasa mendatang. Namun tidak dapat disangkal, kadang orang tua atau guru tidak menyadari dampak dari sikap mereka terhadap anak justru dapat menjatuhkan mental anak. Misalnya dengan memukul dan memberikan sugesti negative kepada anak, sehingga menjadikan anak tersebut bersikap buruk, rendah diri/ minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko yang pada akhirnya karakter – karakter tersebut akan dibawanya sampai dewasa. tentu hal ini akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya.
Sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak saja. Kesuksesan lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangun hubungan emosional dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan spriritual dengan Allah SWT.
Adapun karakter yang dikehendaki adalah sebagai berikut :
Percaya diri
Kepercayaan terhadap diri sendiri sangat berpengaruh terhadap prilaku anak. Sebagai ilustrasi, seorang anak sebenarnya mampu mengerjakan soal hitungan, akan tetapi karena dia menilai soal hitungan itu sulit dan tidak dapat dikerjakan olehnya maka dia pun tidak akan bisa mengerjakannya. Oleh kerna itu membangun kepercayaan diri anak sangatlah penting. Sebagai pendidik kita dapat melakukan komunikasi dengan anak secara sehat, yaitu tidak menekan anak tetapi mengangkatnya ( menghargai segala kreatifitasnya ).
Memiliki rasa ingin tahu
Anak pandai bertanya tentang segala hal yang dia lihat atau dengar, akan tetapi kepandaian tersebut tidak akan terekspresikan apabila respon dari lingkungannya tidak menyenangkan. Oleh sebab itu berikanlah jawaban dengan bijaksana  kepada anak yang bertanya.
Memiliki motivasi diri
Dalam menumbuhkan motivasi sebaiknya dilakukan sejak dini. Pemahaman anak yang diberikan sejak kecil akan dibawanya sampai dewasa. kadang orang dewasa menganggap anak kecil belum mengerti apa-apa, sehingga menyepelekan kualitas obrolan dengan anak. Pada kenyataannya anak akan menyerap informasi apapun yang diterimanya.
Mampu menahan diri (bersabar)
Ketika anak menginginkan sesuatu, maka jarang sekali mereka dapat menahan keinginannya tersebut. Selalu ingin segara memiliki baik dengan cara merengek atau merebutnya langsung dari orang lain. Karakter ini dapat diubah seiring dengan pemahaman anak  tentang keuntungan yang akan didapat jika dia bersabar (menunda keinginan). Misalnya, anak yang menginginkan permen diberi pilihan, jika dia mengambilnya sebelum jam istirahat maka dia mendapatkan satu tetapi jika dia mengambilnya setelah jam istirahat tiba, maka dia akan mendapatkan permen tersebut dua. Mereka akan belajar memilih tindakan dan konsekuensi dari tindakannya sendiri (jika mampu untuk bersabar, maka dia akan mendapatkan jumlah permen lebih banyak).
Mampu bekerja sama/bergaul
Anak  memiliki kemampuan emosional dan social yang baik dalam lingkungannya. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kondisi dalam dirinya baik dan lingkungan yang positif pun mendukungnya.
Factor kegagalan dalam membentuk karakter anak :
·         Tidak dididik sejak dini, padahal pendidikan sejak dini itu bersifat permanen pada anak usia 0-7 tahun. Islam pun menerangkan bahwa “ belajar diwaktu kecil, bagaikan mengukir di atas batu”. Artinya ilmu yang didapat akan bertahan sangat lama.
·         Kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Yaitu ketika tidak berhati-hati dengan ucapan atau doa yang berdampak negative terhadap anak. Terkadang orang dewasa memaksakan kehendaknya pada anak dan tidak menanamkan karakter baik pada anak meskipun tujuannya baik.
·         Menanamkan sugesti-sugesti negative melalui perkataan pada anak, sehingga terbentuk stigma yang tidak baik terhadap karakter anak.
Akibatnya:
·         Sifat anak acuh tak acuh dan emosi tidak seimbang.
·         Agresif, minder,dan  negative thinking.
·         Kreatifitas anak hilang hingga 90%.


Semoga Bermanfaat ^_^